Cak Suko: Pemerintah Jangan Hanya Jadi Tukang Instruksi

Pakar Komunikasi dan Politik Universitas Airlangga (Unar) Surabaya, Dr. Suko Widodo (Cak Suko). FOTO: news.unair.ac.id/Lingkarjatim.co.id
Pakar Komunikasi dan Politik Universitas Airlangga (Unar) Surabaya, Dr. Suko Widodo (Cak Suko). FOTO: news.unair.ac.id/Lingkarjatim.co.id

SURABAYA, Lingkarjatim.co.d – Pakar Komunikasi dan Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr. Suko Widodo (Cak Suko), mengatakan cara komunikasi pemerintah dengan masyarakat dalam penanganan Covid-19 harus lebih terbuka dan jelas kebijakan.

“Hal terpenting komunikasi dari pemerintah ke masyarakat harus lebih terbuka. Karena penanganan Covid-19 hari ini adalah perihal komunikasi.” ujarnya, kepada Lingkarjatim.co, Sabtu (24/7/2021).

Bahkan, kata Cak Suko, Presiden Jokowi turut mengeluhkan komunikasi publik para pejabat.

“Dalam masa pandemi ini pemerintah teralu banyak melakukan sosialisasi daripada berkomunikasi secara langsung,” kata Cak Suko, sapaan akrabnya.

Hasilnya, apa pun upaya yang dikomunikasikan pemerintah tidak tersampaikan dengan baik kepada masyarakat.

“Pemerintah lebih banyak menyampaikan instruksi, bukan malah mendengarkan apa yang dirasakan rakyat, intinya problematikanya apa dan usahanya bagaiamana harus disampaikan ke publik. Usaha nyatanya apa, sampaikan dengan baik ke publik,” jelasnya.

Baca Juga:
Semburan Air dan Lumpur Mirip Lapindo di Wedarijaksa, Pati Gegerkan Warga

Komunikasi publik itu, jelas Cak Suko, harus dikelola secara profesional. Dimulai dengan memahami karakter dan kondisi masyarakat secara langsung.

“Jika diperlukan, pemerintah harus lakukan riset agar mengetahui persis bagaimana kondisi masyarakat,” ujarnya.

Dia menambahkan, bahwa dalam situasi krisis seperti sekarang ini, pemerintah jangan hanya jadi tukang menginstruksikan kebijakan.

Namun, pemerintah juga harus bisa berkolaborasi, karena nyatanya kebijakan pemerintah masih belum memenuhi harapan masyarakat.

Cak Suko mengatakan, siapapun yang jadi pemimpin saat ini menghadapi masalah berat.

Ia pun menyarankan agar memaksimalkan fungsi komunikasi dengan cara yang lebih tepat.

“Karena komunikasi publik berpengaruh kepada kepercayaan manakala komunikasinya disertai dengan kejelasan, kejujuran dan empati,” ujarnya.

“Kepercayaan sangat dibutuhkan untuk melahirkan soliditas warga,” sambung dia. *

Penulis: Dimas Tri Pamungkas

Editor: M. Rain Daling

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *