SURABAYA, Lingkarjatim.co.id – Pemerintah pusat menetapkan akan melakukan impor garam sebanyak 3,07 juta ton. Menyikapi kebijakan impor garam tersebut, Himpunan Masyarakat Petambak Garam (HMPG) minta pemerintah mengkaji ulang kebijakan tersebut.
Ketua Umum HMPG Mohammad Hasan mengatakan, kuota impor garam tahun ini lebih besar dari pada tahun lalu yang hanya 2,7 juta ton. Sementara stok garam rakyat tahun lalu sebanyak 1,3 juta ton.
“Sedangkan stok garam perusahaan pengolah garam yang diimpor tahun 2020 sampai sekarang masih menumpuk,” katanya.
Baca Juga :
Lima Wisata Alam di Kota Malang Layak Jadi Pilihan Liburan
Dampaknya, kata Hasan, harga garam di pasaran anjlok karena tidak terserap oleh konsumen rumah tangga maupun industri. Menurut ia, importasi garam dengan alasan kualitas garam rakyat yang rendah hanyalah pembenaran bagi importir.
“Pemerintah telah melakukan berbagai upaya melalui program peningkatan kuantitas dan kualitas garam rakyat. Di antaranya melalui penerapan teknologi berupa ‘geoisoiator/ membrane’,” ujarnya.
Kebijakan Impor Garam Harus Ada Kajian Ulang Karena Impor Garam Harus Berhenti
Hasan mendorong agar pemerintah menetapkan harga dasar atau harga pokok pembelian (HPP) garam rakyat. Itu sebagai bahan baku dan penolong industri untuk menjamin kepastian usaha dan pemasaran. Menurutnya, hal itu bentuk perlindungan dan pemberdayaan kepada petambak garam.
Satu lagi yang jauh lebih penting, kata dia, pemerintah harus tegas untuk ada kaji ulang kebijakan impor garam bahkan menghentikan impor garam, khususnya untuk aneka pangan.
“Impor garam harus berhenti mulai tahun 2021 selama stok garam di dalam negeri masih dapat memenuhi kebutuhan garam nasional dan wajib bagi para pengusaha industri garam untuk menyrrap stok garam rakyat sampai habis terlebih dahulu,” tuturnya.
Baca Juga :
Warga Beli Dagangan PKL di Zona Merah Didenda Rp 500 Ribu
Sementara itu, produksi garam nasional pada 2019 tercatat mencapai 2,9 juta ton dan di wilayah Jatim mencapai 1,1 juta ton. Pada 2020, produksi garam nasional turun akibat cuaca yakni mencapai 1,7 juta ton, dan khusus Jatim sebanyak 900.000 ton.
“Untuk tahun ini kalau cuaca baik tidak menutup kemungkinan produksinya akan naik menjadi 3 juta ton secara nasional, dan di Jatim proyeksinya sekitar 1,2 juta ton,” kata Hasan.(ara/lut)
Respon (1)